Bahagiamu Bahagiaku

: teruntuk, wanita berzodiak Singa. Iya, kau yang juga sama sepertiku. Kelahiran bulan Agustus. Hanya beda tanggal beberapa hari denganku. Maaf baru menulisimu surat, kuharap kau tak kesal dengan surat-surat untuk beberapa orang sebelumnya.

Hei, kau, wanita yang dulunya berkacamata. Dimana kau letakkan kacamata ungu itu sekarang? Hilang, kah? Tidak heran jika hilang begitu saja. Lagipula kau sudah tidak memerlukannya. Sudah sangat lama semenjak terakhir kali kau memakainya. Saat bersamaku, dulu. Dulu sekali, ketika kau jadi milikku.

Kacamata itu terlihat sangat pas, sangat cocok dengan mata kecilmu yang agak sipit. Aku sering menemanimu pergi ke optik, dokter mata, untuk memeriksakan kesehatan matamu. Sebulan, pasca kita resmi menobatkan diri sebagai pasangan kekasih, dokter mata yang sering kita kunjungi, memvonis matamu sehat. Tak perlu lagi memakai kacamata. Sungguh di luar dugaanmu.
“Yah, padahal aku lebih suka kau yang berkacamata..” Aku menggodamu. Kemudian tawa kita pecah. Kau senang, aku senang, kita sama-sama senang. Sepertinya..ahh bukan..aku meyakini; Aku,adalah pria terakhir yang melihat wajahmu dengan kacamata. Selama lebih dari Satu tahun kemudian kita bersama, kacamata itu tak pernah lagi ada di sana. Di wajahmu. Bahkan sampai sekarang, sudah beberapa tahun yang lalu.

Aku masih ingat, kacamata itu pernah singgah di lemariku untuk beberapa minggu. Kau, dulu juga sering memakai baju kaosku. Kita sering kehujanan, dan kau sering lupa bawa baju ganti. Kurasa sengaja, karena kau menganggap baju kaosku banyak yang bisa dipinjam. Mandi, kemudian tanpa seizinku sudah memilih-milih kaos mana yang akan kau kenakan. Kau juga sering merapikan lemariku, melipat beberapa pakaianku. Dulu.

Bagaimana kabarmu sekarang? Masih kah bekerja keras seperti biasanya? Kau memang wanita yang tekun. Tak pernah berubah. Kuharap kau tak menemui kesulitan dalam menjalani apa saja yang kau lakukan. Untungnya juga kau sudah punya seseorang yang bisa di andalkan.

Pernah dulu, ketika kita bertemu. Aku mengunci bibir, pun kau. Tanpa saling menatap muka, kau, pun aku berlagak seolah-olah tidak sedang berada disitu. Di antara teman-teman yang lain, kita membuatnya seakan tak ada hal yang perlu di pikirkan, semuanya baik-baik saja. Kaku. Suasana membeku menurutku. Tapi, untungnya aku sudah pernah mengatakan padamu, betapa menyesalnya aku ketika itu. Menyesali kejadian kenapa bisa aku mendiamkanmu. Meskipun itu hanya lewat telefon, tapi aku lega sudah mengatakannya.

Sudah terasa sangat lama. Biasanya kita pasti akan bertemu secara tak sengaja di beberapa acara. Tapi tak pernah terjadi lagi beberapa tahun belakangan ini. Perihal apa yang menyibukkanmu? Bukan pacarmu, kan? Bukankah kita sudah saling berhenti untuk menghindar?
Kapan kita bisa bertemu kembali? Aku hanya ingin mengembalikan waktu yang kubuang percuma; ketika kita saling diam saat tanpa sengaja bertemu. Karena kita tidak saling berjanji, hanya akan bersua di dalam mimpi saja. Iya, aku sering memimpikanmu.

Sudah sangat lama..
Aku benar-benar menyesali beberapa pertemuan secara tak sengaja yang kubuang percuma. Kalaupun kita tak akan bertemu kembali. Kuharap kau baik-baik saja. Bahagia dengan hidupmu.
Jadi, menurutmu siapa di antara kita yang lebih dulu mendapat kabar atau undangan pernikahan? Biarkan aku saja, aku ingin melihatmu bahagia lebih dulu. 🙂

Tertanda,

Aku, si bibir merahmu


Tinggalkan komentar